Sorotan tersebut muncul setelah proyek dilaksanakan dalam kondisi saluran yang masih tergenang air, yang dinilai dapat menurunkan mutu konstruksi, terutama pada bagian pemasangan batu kali yang seharusnya dilakukan di area kering.
Aktivis pemerhati pembangunan, Jemy, menyampaikan keprihatinannya terhadap metode pelaksanaan proyek tersebut. Ia menduga proyek ini dikerjakan asal jadi dan hanya mengejar target penyelesaian.
“Pemasangan batu kali dilakukan tanpa pengeringan atau pembuangan air terlebih dahulu. Ini sangat mempengaruhi mutu kualitas konstruksi,” ujar Jemy kepada media, Jumat (25/04/2025).
Selain itu, Jemy juga menyoroti aspek keselamatan kerja yang dinilai kurang diperhatikan. Menurutnya, para pekerja di lokasi hanya menggunakan sepatu boot tanpa dilengkapi Alat Pelindung Diri (APD) lainnya, sehingga membahayakan keselamatan mereka.
Melihat kondisi tersebut, Jemy meminta Kepala Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air (DBMSDA) Kabupaten Tangerang untuk segera melakukan evaluasi terhadap pengawas maupun pelaksana kegiatan proyek tersebut.
“Untuk terciptanya proyek yang berkualitas baik di Kabupaten Tangerang, dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah, pelaksana, pengawas, dan pekerja kontrol sosial,” tegasnya.
Jemy menambahkan bahwa tujuan utama semua pihak adalah sama, yaitu menciptakan infrastruktur yang bermutu dan bermanfaat bagi masyarakat.
“Dengan adanya informasi ini, kami berharap Pemkab Tangerang, khususnya Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air, segera melakukan evaluasi, baik dalam penunjukan pengawas maupun pelaksana proyek perkuatan tebing pembuang Cilontar Kemiri ini,” pungkasnya.
Hingga berita ini diterbitkan, tim media masih berupaya mengonfirmasi pihak pengawas dan Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK) terkait proyek tersebut. (Tim Redaksi).